Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya.
Akidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Akan tetapi sebaliknya, akidah-akidah hasil rekayasa manusia berjalan sesuai dengan langkah hawa nafsu manusia dan menanamkan akar-akar egoisme dalam sanubarinya.
Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam akidah Islam.
Rasulullah saww bersabda:
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.
(Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia).
Dalam hadis lain beliau bersabda: “Akhlak yang mulia adalah setengah dari agama”.
Salah seorang sahabat bertanya kepada belaiu: “Anugerah apakah yang paling utama yang diberikan kepada seorang muslim?” Beliau menjawab: “Akhlak yang mulia”.
Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini, agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan menjadikannya sebagai kewajiban (taklif) di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini, agama tidak mengutarakan wejangan-wejangan akhlaknya semata tanpa dibebani oleh rasa tanggung jawab. Bahkan agama menganggap akhlak sebagai penyempurna ajaran-ajarannya. Karena agama tersusun dari keyakinan (akidah) dan perilaku. Dan akhlak mencerminkan sisi perilaku tersebut.
Imam Baqir a.s. berkata:
(Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia akhlaknya).
Seseorang datang kepada Rasulullah saww dari arah muka dan bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah agama itu?” Rasulullah saww menjawab: ”Akhlak yang mulai”. Kemudian laki-laki itu mendatangi beliau dari arah kiri dan bertanya: “Apakah agama itu?” Beliau menjawab: “Akhlak yang mulia”. Lalu laki-laki itu mendatangi beliau dari arah kanan dan bertanya: “Apakah agama itu?” “Akhlak yang mulia”, jawab beliau untuk yang ketiga kalinya. Akhirnya lali-laki itu mendatangi beliau dari arah belakang dan bertanya: “Apakah agama itu?” Rasulullah saww menoleh kepadanya dan bersabda: “Apakah kau tidak memahami agama? Agama adalah hendaknya engkau jangan suka marah”.
Amirul Mukminin a.s. berkata:
(Sifat utama seorang mukmin adalah kemuliaan akhlaknya).
Allamah Thabathaba’i menulis: “Akhlak tidak akan dapat membahagiakan sebuah masyarakat dan mengarahkan manusia untuk memperbaiki amalnya kecuali jika akhlak itu bersandar kepada tauhid. Yaitu keyakinan bahwa alam semesta, termasuk manusia memiliki Tuhan Yang Esa dan abadi yang segala sesuatu tidak tersembunyi dari ilmu-Nya dan tidak ada kekuatan lain yang dapat menundukkan kekuasaan-Nya. Ia mencipatakan segala sesuatu dengan aturan yang terbaik, tidak karena Ia butuh kepadanya. Ia akan membangkitkan mereka kembali dan menghisabnya. Setelah itu, Ia akan memberikan pahala kepada orang yang berbuat baik karena perbuatan baik (yang pernah ia kerjakan di dunia) dan menyiksa orang yang berbuat jelek karena kejelekan (yang pernah perbuat di dunia). Kemudian mereka akan kekal dalam nikmat atau siksa.
Dan jelas, jika akhlak berlandaskan kepada akidah semacam ini, maka tugas manusia hanyalah mengharapkan keridlaan Allah dalam segala tingkah lakunya. Taqwa adalah faktor penolak internal bagi manusia dari mengerjakan dosa. Seandainya akhlak tidak bersandarkan kepada akidah ini (akidah tauhid), niscaya tujuan utama manusia dalam setiap tingkah lakunya adalah berfoya-foya dengan kenikmatan dunia yang fana dan tenggelam dalam lautan kehidupan materi.
Akidah-akidah yang memiliki paham Atheisme dengan persepsinya yang memusnahkan rasa ketergantungan manusia kepada Penciptanya yang maha sempurna dan rasa bertanggungjawab kepada-Nya, sebenarnya akidah-akidah tersebut telah memusnahkan satu sumber utama nilai-nilai akhlak (dalam kehidupan manusia), dan ia tidak akan mampu menemukan sumber lain sekuat sumber itu sebagai gantinya.
Akhlak adalah satu kebutuhan vital masyarakat. Akhlak adalah pengaman dari berkobarnya api kejahatan yang sudah lama tersimpan dalam diri manusia. Atas dasar ini, membangun sebuah masyarakat tanpa didukung oleh tuntunan-tuntunan akhlak bagaikan membangun sebuah bangunan di atas tumpukan pasir.
Amirul Mukminin a.s. berkata:
(Apabila kita tidak mengharap surga dan tidak takut neraka, dan tidak mengharap pahala dan siksa, maka sepatutnya kita mencari akhlak yang mulia. Karena akhlak mulia dapat menunjukkan kepada kita jalan keselamatan).
Metode Akidah dalam Membentuk Manusia Berakhlak
Akhlak memperoleh perhatian khusus dalam ajaran-ajaran akidah Islam. Dengan ini, dalam usaha membentuk manusia berakhlak mulia dan terselamatkan dari dekadensi moral, akidah mengikuti metode-metode yang beraneka ragam demi mencapai hal itu. Metode-metode tersebut antara lain:
1. Menjanjikan Pahala Ukhrawi bagi Orang yang Berakhlak Mulia.
Akidah menjanjikan pahala yang besar dan derajat yang tinggi di akhirat kelak bagi orang yang berakhlak mulia, dan siksa yang pedih bagi orang yang berakhlak tidak terpuji dan menyembah hawa nafsunya.
Rasulullah saww bersabda:
(Seorang hamba dengan akhlaknya yang mulia bisa mencapai derajat akhirat yang agung dan tempat yang mulia kendatipun sedikit ibadahnya).
Dalam hadis yang lain beliau bersabda:
(Orang yang berakhlak terpuji dapat menyamai derajat orang yang berpuasa dan shalat malam).
Beliau berwasiat kepada Bani Abdul Muthalib:
(Wahai Bani Abdul Muthalib, sebarkanlah salam, sambunglah tali kekerabatan, berilah makan (kepada orang-orang fakir) dan bertutur katalah yang baik, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat).
Beliau juga bersabda:
(Akhlak yang terpuji dapat mencairkan kejelekan sebagaimana matahari mencairkan es).
Imam Ash-Shadiq a.s. juga berkata: “Sesungguhnya Allah SWT akan memberikan pahala kepada hambanya karena akhlaknya yang terpuji seperti Ia memberi pahala kepada seorang mujahid di jalan Allah”.
Menjelaskan Efek-efek Duniawi Akhlak.
Seseorang yang berakhlak terpuji akan mampu beradaptasi dengan sesamanya, hidup bahagia, tentram dan melangkah dengan mantap. Adapun orang yang tidak memiliki nilai dan prinsip-prinsip moral, ia akan jatuh dalam jurang kegelapan, hidup dalam kecemasan dan kebingungan sehingga dirinya tersiksa, tidak disenangi oleh sesamanya dan akhirnya akan terjerumus ke dalam jurang kesesatan yang tidak memiliki akibat yang terpuji.
Rasulullah saww bersabda:
(Akhlak yang terpuji dapat melanggengkan kecintaan).
Imam Ali a.s. berkata:
(...Dan dalam akhlak yang mulia tersembunyi simpanan-simpanan rizki).
Imam Ash-Shadiq a.s. berkata:
Pengertian Akhlak(Jika engkau ingin dihormati, maka berlemah lembutlah dan jika kau ingin dihina, maka bersikaplah kasar).
Semoga bermanfaat. Salam Sukses! dan selalu Raih Prestasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar